www.lineberita.id – Likuiditas perekonomian Indonesia, yang diukur melalui uang beredar dalam arti luas (M2), mengalami pertumbuhan yang melambat pada Mei 2025. Dalam konteks ini, posisi M2 tercatat sebesar Rp9.406,6 triliun, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 4,9% dibandingkan tahun lalu, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5,2% pada bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny, mengungkapkan bahwa pertumbuhan M2 didorong oleh kenaikan uang beredar sempit (M1) yang tumbuh sebesar 6,3% dan uang kuasi sebesar 1,5%. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perekonomian yang mengganggu pertumbuhan likuiditas.
Perkembangan ini sebagian besar dipengaruhi oleh penyaluran kredit serta tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Penyaluran kredit tercatat tumbuh 8,1%, meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 8,5%.
Analisis Mendalam tentang Pertumbuhan Likuiditas di Indonesia
Menarik untuk dicermati bagaimana dinamika penyaluran kredit dan faktor eksternal turut mempengaruhi tingkat likuiditas. Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat malah mengalami kontraksi yang signifikan sebesar 25,7%, lebih dalam dari kontraksi 21% yang terjadi pada bulan sebelumnya.
Dalam konteks ini, aktiva luar negeri bersih juga menunjukkan pertumbuhan, meskipun tidak secepat yang diharapkan. Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat sebesar 3,9%, naik dari 3,6% pada bulan April 2025.
Pendekatan yang lebih dalam menuju memahami dinamika ini penting untuk menggambarkan kondisi perekonomian saat ini. Dengan penyaluran kredit yang tetap positif, terdapat harapan untuk pemulihan aktivitas ekonomis yang lebih luas.
Perkembangan Transaksi Ekonomi Digital di Indonesia
Selanjutnya, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital di Mei 2025 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Keberhasilan ini didorong oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan handal, menjadi salah satu pendorong utama kegiatan ekonomi digital.
Jumlah pembayaran digital di bulan Mei mencapai 3,93 miliar transaksi, meningkat sebesar 27,88% dibandingkan tahun lalu, yang menunjukkan tren positif dalam adopsi teknologi pembayaran. Pertumbuhan ini juga didukung oleh lonjakan penggunaan aplikasi mobile dan internet yang masing-masing tumbuh sebesar 29,32% dan 7,54%.
Secara khusus, transaksi pembayaran melalui QRIS juga berkembang pesat, mencapai kenaikan 151,70% dibandingkan tahun lalu. Lonjakan ini menjadi indikasi bahwa masyarakat semakin beradaptasi dengan teknologi dan metode pembayaran baru.
Stabilitas Sistem Pembayaran yang Terjaga di Indonesia
Dari perspektif infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST meningkat tajam, mencapai 393,73 juta transaksi dengan nilai total sebesar Rp969,43 triliun. Ini adalah pertanda positif bagi stabilitas dan efisiensi sistem pembayaran di negara ini.
Di sisi lain, transaksi bernilai besar melalui BI-RTGS mengalami penurunan sebesar 6,08%, mencerminkan adanya perubahan dalam pola transaksi yang mungkin memerlukan perhatian lebih lanjut. Meskipun demikian, pasar tampak relatif stabil di tengah variasi ini.
Pengelolaan uang Rupiah juga menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan, dengan Uang Kartal yang Diedarkan meningkat 10,10% menjadi Rp1.143,09 triliun. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap uang kertas dan koin sebagai alat transaksi utama.
Prospek dan Tantangan Masa Depan dalam Likuiditas dan Ekonomi Digital
Dengan stabilitas sistem pembayaran yang terjaga dan infrastruktur yang mendukung, ada optimisme untuk perkembangan sektor keuangan ke depannya. Namun, tantangannya adalah memelihara momentum pertumbuhan ini di tengah ketidakpastian global dan isu-isu domestik.
Kesinambungan dalam pengelolaan kebijakan moneter yang hati-hati dan inovasi dalam sektor digital menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan. Sementara para pelaku ekonomi diharapkan untuk terus berinovasi dalam praktik terbaik untuk meningkatkan efisiensi.
Kemajuan teknologi dan kemudahan akses ke layanan keuangan digital menjadi proyeksi positif untuk meningkatkan inklusi keuangan di seluruh lapisan masyarakat. Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam membangun ekosistem yang lebih baik demi kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.