www.lineberita.id – Kabupaten Serang—Kondisi di Kampung Cibetus, Kecamatan Padarincang semakin memanas. Puluhan warga setempat menggelar aksi unjuk rasa di depan Pendopo Bupati Serang, mendesak pencabutan izin PT Sinar Ternak Sejahtera (STS). Keberadaan peternakan ayam tersebut dianggap penyebab pencemaran lingkungan yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.
Warga mengungkapkan bahwa ketidakpuasan mereka terhadap perusahaan tersebut telah berlangsung lebih dari satu dekade. Keberadaan kandang ayam itu tidak hanya mengganggu lingkungan, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan warga. Mereka ingin menyampaikan langsung keluhan dan aspirasi mereka kepada Bupati Serang.
Aksi ini dipimpin oleh perempuan-perempuan yang sebagian besar adalah istri dari mereka yang ditahan terkait kasus pembakaran kandang ayam. Situasi ini menciptakan ketegangan baru di kampung tersebut, terutama bagi keluarga yang berjuang mempertahankan hak-hak mereka di tengah ancaman hukum.
Aksi Unjuk Rasa yang Menggugah Kesadaran Lingkungan
Aksi unjuk rasa yang berlangsung pada 26 Juni 2025 itu menunjukkan kepedulian warga terkait kondisi lingkungan mereka. Mereka merasa terpaksa bertindak karena tindak lanjut dari keluhan yang disampaikan sebelumnya tidak mendapatkan respons yang memadai. “Kami berjuang untuk lingkungan yang lebih baik dan kesehatan yang terjamin,” ujar Asep Suparman, salah satu warga.
Keberadaan PT STS di kawasan itu telah menjadi sumber keresahan. Menurut warga, banyak di antara mereka mengalami gejala penyakit akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh peternakan. Hal ini semakin diperparah dengan fakta bahwa beberapa orang di sekitar mereka mengidap penyakit serius yang diduga terkait langsung dengan aktivitas perusahaan tersebut.
“Kami berharap pemerintah bisa mendengarkan keluhan kami dan bertindak sesuai dengan kepentingan rakyat,” tambah Asep, menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam melindungi warganya dari dampak negatif industri. Aksi ini juga menjadi simbol perlawanan terhadap praktik-praktik yang merugikan masyarakat.
Kesehatan Masyarakat Terancam, Warga Menggugat
Salah satu warga, Ita, menyatakan bahwa kondisi kesehatan masyarakat di Kampung Cibetus semakin memburuk. Dia mengatakan bahwa banyak anak-anak di kampungnya menderita iritasi kulit dan gangguan pernapasan. Selain itu, situasi mental warga juga tertekan akibat tekanan hukum yang dihadapi keluarga mereka.
“Saya sebagai ibu merasa sangat tertekan. Tidak hanya harus menggantikan peran suami yang kini ditahan, tetapi juga harus mengatasi trauma anak-anak yang melihat keadaannya,” ungkap Ita. Situasi ini tentu tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik tetapi juga mental warga.
Keberadaan aparat keamanan yang masih berjaga di lokasi peternakan juga semakin memperburuk suasana. Warga merasa terancam dan khawatir akan tindakan intimidasi yang mungkin terjadi. Dalam press release terkait aksi ini, warga meminta agar tuntutan mereka didengarkan dan dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dari Audensi Menuju Ketegangan Sosial
Dari informasi yang dihimpun, warga mengaku sebelum insiden pembakaran yang melibatkan beberapa keluarga mereka, sudah pernah melakukan audiensi dengan pihak perusahaan. Namun, tidak ada solusi konkret yang dihasilkan. Warga merasa ditinggalkan dalam ketidakpastian, dan hal ini memicu ketegangan lebih lanjut.
“Setelah peristiwa tersebut, intimidasi muncul dari pihak perusahaan. Kami tidak diberikan opsi yang damai, hanya ancaman yang terus menerus,” jelas Ita. Situasi ini menambah kesedihan dan tekanan bagi banyak ibu di kampung itu.
Dalam tuntutan mereka, warga menyerukan agar Bupati Serang mencabut izin perusahaan yang mereka anggap merugikan. Mereka ingin ada dialog terbuka agar kasus ini bisa diselesaikan secara damai tanpa menambah luka di masyarakat.
Pentingnya Tindakan Perbaikan untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Warga Kampung Cibetus menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mendapatkan keadilan. “Kami tidak hanya berjuang untuk kami sendiri, tetapi untuk generasi mendatang yang berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” ujar Asep penuh harap.
Keberadaan mereka sebagai komunitas yang bersatu menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dalam menghadapi tantangan. Warga berencananya akan terus melakukan aksi serupa jika tuntutan mereka tidak diindahkan.
“Kami percaya bahwa unjuk rasa ini adalah langkah awal untuk perubahan. Jika satu suara tidak didengar, maka kami akan terus bersuara sampai keadilan datang,” tegas Ita. Mereka berharap pemerintah dapat mendengarkan dan mengambil tindakan nyata demi kepentingan masyarakat.