TANGSEL – Uji coba sistem satu arah (SSA) di Jalan Garut Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan mulai diberlakukan pada awal bulan ini, dan dampaknya mulai terasa positif bagi warga setempat. Kebijakan ini berupaya mengurangi kemacetan yang selama ini tercatat sebagai masalah serius di area tersebut. Dalam waktu singkat, perubahan ini memberikan harapan baru bagi semua pengguna jalan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Jalan Garut Barat sebelumnya menjadi salah satu titik kemacetan parah, di mana kendaraan dari kedua arah sering kali bersilangan. Dari laporan kepolisian, frekuensi kecelakaan di area tersebut juga cukup tinggi, terutama saat jam sibuk. Pertanyaan yang muncul adalah, sejauh mana SSA dapat mengatasi persoalan ini dan apa saja manfaatnya bagi pengendara dan pejalan kaki?
Pengertian dan Manfaat Sistem Satu Arah di Kota Tangerang Selatan
Sistem satu arah (SSA) yang diterapkan di Jalan Garut Barat mencakup aturan lalu lintas yang cukup ketat, di mana kendaraan hanya diperbolehkan melaju dari satu arah dalam waktu tertentu. Dengan penerapan ini, diharapkan akan tercipta arus lalu lintas yang lebih lancar dan tertib. Hal ini tidak hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga potensi kecelakaan yang sebelumnya terjadi akibat pertemuan kendaraan dari dua arah.
Hasil observasi menunjukkan, kecelakaan di area tersebut menurun setelah SSA diberlakukan. Warga setempat, seperti Rahmat dari RW 01, merasakan perubahan yang signifikan pada pagi hari. “Biasa antri panjang, sekarang lebih lancar. Apa lagi saat jam pulang kerja,” tuturnya. Ini menandakan bahwa kebijakan ini telah mencapai tujuannya dalam konteks lalu lintas.
Strategi Penerapan dan Reaksi Masyarakat terhadap SSA
Penerapan SSA dilakukan dua kali sehari, yaitu pada jam sibuk pagi dan sore. Ini merupakan strategi penting untuk mengatur lalu lintas di titik-titik kritis. Selama penerapan, titik-titik tertentu ditutup untuk menghindari kebingungan di jalan, dan pengendara diarahkan untuk memutar dari lokasi-lokasi tertentu agar arus tetap teratur. Sejumlah pengguna jalan seperti Ujang Sumarwan mengapresiasi langkah ini, mengingat dampaknya yang langsung terasa terhadap keamanan berkendara.
Meskipun ada perubahan rute dan beberapa warga mungkin merasa harus memutar, banyak yang sepakat bahwa waktu tempuh menjadi lebih cepat. Dini, seorang pengendara dari Graha Raya, merasa optimis terhadap kebijakan ini dan menyebutkan, “Asal lancar, saya dukung. Lebih baik sedikit muter, daripada macet berjam-jam.” Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai beradaptasi dengan perubahan yang ada demi kenyamanan bersama.
Secara keseluruhan, uji coba sistem satu arah di Jalan Garut Barat bukan hanya sekedar perubahan aturan lalu lintas. Ini adalah upaya nyata untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi semua. Harapan ke depan adalah agar kebijakan ini dapat diterapkan lebih luas dan berkelanjutan, menjadikan arus lalu lintas lebih terstruktur untuk kepentingan bersama.