SERANG – Bulan Ramadan memang tidak hanya menjadi momen spiritual bagi umat Islam, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merayakan tradisi dan nilai-nilai budaya yang telah ada sejak lama.
Di Kampung Kilasah 3, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, malam-malam selama Ramadan penuh dengan kesyahduan, ditandai oleh lantunan ayat suci dan pembahasan kitab kuning yang berkumandang dari berbagai sudut kampung.
Salah satu ustaz pengajar di majelis pengajian, Sabihis, mengenang mulai dari kecil ia menyaksikan tradisi ini hidup di kampungnya. Ia menekankan bahwa berbagai nilai keagamaan yang diajarkan dalam setiap sesi pengajian berfungsi untuk memperdalam keimanan warga setempat.
“Tradisi ini sudah ada sejak saya masih kecil dan biasanya disebut ngaji pasaran. Di kampung ini, ada beberapa majelis yang mengadakan kegiatan pengajian setiap malam, hampir di setiap gang,”ujarnya saat berbagi cerita di malam yang damai.
Lebih dari sekadar aktivitas rutin, ngaji pasaran juga menjadi jembatan ilmu yang menghubungkan generasi muda dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai Islam. Setiap pemuda yang pulang dari pondok pesantren memiliki peran penting dalam menyebarkan ilmu dan meneruskan estafet dakwah yang telah melekat kuat di kampung mereka.
“Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh remaja setempat yang baru pulang dari pondok. Mereka mengembalikan pengajian ini sehingga terus tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,” tambahnya.
Malam di Kampung Kilasah dipenuhi dengan cahaya ilmu. Dari pukul 21.00 hingga 23.00 WIB, santri dan pemuda dari berbagai kalangan berkumpul dalam majelis pembelajaran, membaca dan mengkaji kitab kuning untuk menemukan hikmah yang terkandung di dalamnya.
“Kegiatan pengajian ini biasanya diadakan setelah salat, tetapi di sini kami mulai jam 9 malam hingga 11 malam. Ini memberi kesempatan lebih banyak bagi warga untuk hadir,” jelas Sabihis.
Tak ada paksaan dalam menentukan kitab yang dibahas. Semua disesuaikan dengan kebutuhan dan minat para santri serta warga yang mengikuti. “Kami memilih kitab berdasarkan kesepakatan dan keinginan para peserta,” terang dia.
Selain pengajian setelah Isya, malam-malam menjelang berbuka puasa juga dihiasi dengan doa. “Ada sesi pengajian menjelang berbuka, di mana kami membaca Dalail Khoirot, kebiasaan ini dimulai dari jam 5 sore sampai menjelang berbuka,” katanya.
Tahun ini, kitab Dardir menjadi pilihan utama yang akan dikaji, berisi kisah perjalanan Isra Mi’raj. Melalui kajian buku tersebut, para santri akan menyelami makna penting dari perjalanan Nabi Muhammad SAW dan nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
“Kegiatan ini kami lakukan tidak hanya untuk mengingat perjuangan ulama terdahulu, tetapi juga sebagai sarana pendidikan keagamaan bagi generasi muda di kampung,” tuturnya dengan penuh semangat.
Bagi Hikmat, seorang pemuda yang aktif dalam pengajian ini, Ngaji Pasaran lebih dari sekadar tradisi, melainkan juga lambang kehidupan komunitas selama bulan Ramadan.
“Pengajian ini selalu ada dan berlangsung setiap tahun. Sangat seru!” ungkapnya dengan semangat membara.
Ia berharap tradisi ini tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin berkembang. “Mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus dijaga agar anak-anak dan kita semua memahami syariat dan ajaran Islam lebih mendalam,” tutupnya dengan optimis.
Di antara suasana malam dan kilau lampu kampung, para santri dan pemuda Kilasah terus tunduk dalam pengajian, melestarikan warisan ilmu dan menjaga cahaya keislaman tetap bersinar di tengah perubahan zaman.
Penulis : Rasyid
Editor : TB Ahmad Fauzi